Rabu, 15 Februari 2012

PUISI - PUISIKU


Berhala Modern
Karya : Ade Hasanadi Jayadi

Uang tertanam di hati,
Tumbuh subur di taman jiwa,
Darah mengalirkan dolar dan rupiah,
Otak menjadi mesin emas permata.

Sumpah hanya menjadi hiasan bibir,
Agama hanya ada di Mesjid , Mushola, dan Pesantren,
Hak dan batil tiada peduli,
Kemegahan dan kemewahan menjadi tujuan.

Pangkat dan kedudukan menjadi obsesi,
Amanat terlantar di pinggiran,
Menikam saingan menjadi terbiasa,
Sedang kejujuran semakin langka.

Jatitujuh, 15 April 2011



Bila Hati ........
Oleh : A.H. Jayadi

Bila hati terluka,
Kemana cinta bermuara?
Sedang  jiwa berpeluh gelisah,
Kedamaian tertiup angin.

Bila hati penuh dendam,
Kemana kedamaian berlabuh ?
Sedang  iri dengki  merasuk jiwa ,
Darah kebencian mengalir dalam nadinya.

Bila hati pemaaf,
Dendam dan benci hangus terbakar mentari,
Khilaf dan noda hanyut terbawa air hujan,
Embun pagi menetes sejuk di relung jiwa,

Bila hati penuh cinta,
Bunga bermekaran di taman jiwa,
Laut dan langit biru jernih,
Mentari tersenyum ceria.

Jatitujuh, 29 April 2011



LAUT  NAN PERMAI

Nyiur melambai-lambai di pantai,
Dibelai sang bayu yang berhembus sejuk,
Debur ombak laut biru yang jernih,
Membawa peselancar yang kekar
Menari-nari di permukaan laut.

Bawah laut nan permai,
Ikan berbagai jenis dan corak warna,
Bermain-main di terumbu karang,
Air laut yang jernih,
Mengajak penyelam menikmati keindahannya.

Pantai berpasir putih terhampar,
Menarik para insan,
Untuk menikmati keindahan laut,
Sambil bercanda ria,
Dan melepaskan kepenatan serta kejenuhan,
Hati kita terbebas dari belenggu rutinitas.



Menyibak Kabut
Karya : A.H. Jayadi

Biarlah aku menapaki  jalanMu,
walau kerikil tajam menusuk telapak kakiku,
walau badai menghempas tubuhku,
aku tak akan berbelok arah.

Andai  seribu widadari melumat tubuhku,
aku tak akan terusik ilusi fatamorgana,
mayapada hanya persinggahan,
yang merayu dengan kilauan lembayung,

Biarlah aku menikmati sejuknya embun
yang menetes  di setiap desah nafasku ,
biarlah aku menikmati hangatnya mentari,
yang menerangi relung  jiwaku,

Kepedihan adalah obat ,
‘tuk menguatkan jiwa yang rapuh,
keluh kesah adalah racun
yang menghancurkan kalbu.

Kucoba kubangun istana keikhlasan,
di pelataran hati nan sunyi,
‘kan ku sibak kabut riya
yang selalu menutupi pandanganku.

Jatitujuh, 20112010 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar